Kakak kedua dari suamiku.
Sejak pertama aku mengenalnya sebagai sosok anak yang penurut, aku selalu terkagum padanya. Tak pernah dia lekang dari sisi ibunya. Bahkan untuk seorang pasangan hidup pun diserahkan kepada kriteria ibunya. Sudah banyak cerita tentangnya yang aku selipkan dalam beberapa judul ceritaku.
Dia kakak yang baik, terutama padaku.
namun hari ini dia melontarkan kata-kata yang cukup menyakiti hatiku. Perihal ibunya yang sakit paru-paru. Keadaaannya semakin sensitif, sehingga aku dan suamiku diperingatkan kalau bertemu dengan ibunya, jangan ada jarak ataupun sampai terlihat seperti orang yang takut tertular penyakit, jika gelagak itu terjadi sedikit saja, maka kami akan di usir.
Sepertinya ada yang terlupa olehnya, bahwa aku ini pernah merawat ibuku, yang bahkan sudah di vonis dokter menderita TBC dan menular, diagnosa ibunya ini bukan mengarah kepada penyakit menular. Apakah iya aku akan bersikap seperti orang lain ? padahal itu adalah ibu mertuaku sendiri ?
Dulu, saat mamaku sakit, orang-orang sangat pandai mengajariku cara merawat orang TBC agar tidak tertular. Mereka takut kalau nanti aku malah tertular dan menularkan ke yang lain juga. Dokter spesialis paru yang menangani mamaku cukup bijak. Mamaku di edukasi untuk sama-sama saling menjaga, sehingga aku hanya perlu menjaga perasaan mamaku. Alhamdulillah mamaku pun tidak menjadi orang yang sensitif, saat berbicara kami berbincang seperti biasa, namun saat mama batuk, mama akan reflek menutup mulutnya dan menjauh dariku. Tanpa perlu aku yang menjauhinya.
Entahlah, aku percaya ini adalah cobaan untukku. Semoga Allah memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan-kesulitanku. Akupun akan membuktikan bahwa aku tidak akan memperlakukan orangtua seperti itu. Seumur hidupku, mamaku selalu mengajarkan kasih sayang kepada orang tua dengan benar, Sekalipun kepada orang lain.
Terimakasih mamaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar