Sabtu, 18 April 2020

Marvel - Minten


Cerita ini hanyalah fiktif belaka berdasarkan imajinasi dan fantasi penulis, jika terdapat kesamaan nama tokoh dan tempat merupaka suatu kebetulan yang tidak patut untuk di permasalahkan.

10 Juli 2008

Minten tengah menghadiri rapat OSIS bersama teman-teman Madrasahnya. Tiba-tiba handphone nya di germingkan dengan pesan dari seorang laki-laki yang memang sudah lama merebut hatinya, tapi Minten hanya mampu memendamnya karena usia yang masih sangat muda.

Marvel  : “Ten, Sorry ya ngga bisa dateng waktu lu ulang tahun, gw maulid an.”
Minten : “Iya gpp”

Minten berulang tahun 2 hari sebelum tanggal 10 juli, dan sempat mengundang beberapa teman untuk bisa merayakannya di rumah Minten.

Marvel : “gw tau kok lu thoma sama gw.”
Minten : “Thoma apaan ?”
Marvel : “Tanya aja sama guru bahasa Arab lu”
Minten : “Males ah nanya-nanya kelamaan”
Marvel : “Itu ibaratnya lu pengen minta makanan, tapi lu ngga berani ngomongnya. Tapi ni soal perasaan”
Minten : “Maksudnya gw punya perasaan gitu sama lu tapi ga berani ngomong?”
Marvel : “Gitu deh, gw mau kok jadi pacar lu. Asalkan ada syaratnya. Adek gw sama temen-temen lu nggak boleh tau”
Minten : “Hmmm”

Masih begitu rumit dalam benak Minten mau bicara apa, hanya dikepalanya saja yang terus berdebat.
“Maksudnya apa sih ? iya sih gw suka tapi kan gw nggak pernah bilang gw suka sama dia, terus kenapa dia ngomong gitu pake ada syarat juga, kan gw nggak minta jadian, apaan si ni orang, etapi seneng sih.”

Berbulan Minten menjaga syarat yang Marvel berikan, menjaga juga rahasia ini dari orang tua Minten yang sangat tegas dan galak. Namun berbulan juga Marvel menghilang tanpa kabar.
Sekalinya mendengar kabar, sangat tidak mengenakan telinga dan perasaannya Minten.

Marvel pindah sekolah.

Ahsudahlah, urusan dia dengan masa depannya, mau di introgasipun apalah daya, Marvel tidak bisa di hubungi. Sesekali Minten keluar rumah, hanya bisa sekilas saja untuk bisa bertatap dengan Marvel.
Tidak pernah pula bisa berbincang  secara langsung, tidak pernah berkencan. Hanya doa saja yang selalu Minten panjatkan agar Marvel selalu dalam lindungan yang Kuasa, tidak meninggalkan Sholat dan tidak merokok lagi. Tak banyak nyali yang dimiliki Minten untuk sekedar menuntut kabar dari Marvel atau berdiam lama untuk sekedar menatap mata Marvel. Tidak, masih terlalu kecil keberanian yang dimiliki Minten.

Waktu berlalu, Minten dan Marvel kini sudah menginjak Sekolah Menengah Atas, dan sudah bisa saling berhubungan dengan menggunakan Handphone pribadi masing-masing.
Sebelumnya, Minten memiliki handphone yang kepemilikannya masih bersama dengan kakak perempuannya.

Marvel perlahan mempublikasikan hubungannya dengan Minten, dan teman-teman Minten sudah banyak yang mengetahui hubungan mereka.

Hari yang menegangkan tiba, ayah Minten mengetahui hubungan mereka dan sangat menentangnya. Dengan tegas Minten yang tengah tertidur di bangunkan oleh ayahnya.

Ayah Minten : “Ayah tau kamu pacaran sama Marvel, putusin sekarang. Ayah pergokin dia nonton film biru di warung PS depan”
Minten           : “Iya”

Ke esokan harinya.

Minten           : “Kita ngga bisa lanjut lagi, aku minta putus. Aku mau fokus sekolah, km juga kayaknya nggak berubah-berubah. Udah di bilangin jangan bergaul sama yang nggak bener, jangan ngerokok juga, masih aja.”
Marvel           : “Yauda.”


Minten sudah lulus Sekolah Menengah Atas, Minten berniat melanjutkan kuliah tapi dia bertekad untuk tidak menyusahkan orangtuanya, sehingga Minten memilih untuk bekerja terlebih dulu.
Ada seorang teman Minten yang mengajak Minten untuk ikut tes program Beasiswa Universitas Swasta favorit dan Minten mengikutinya dengan niat hanya ikut-ikut saja.

Minten sudah mendapat pekerjaan di perusahaan yang cukup benefit, dekat dengan rumah dan dengan gaji yang besar. Namun jam kerja yang berubah-ubah membuat Minten sempat jatuh sakit. Disamping itu Minten tidak tau apa yang dikerjakan oleh Marvel. Yang terdengar, Marvel sedang tertarik dengan kelautan, mungkin dia ingin menjadi Nahkoda, berlayar menyusuri belahan bumi ini hingga dia menemukan kebahagiaan yang selama ini dia cari, atau menggapai cita-citanya.

Marvel pernah berpesan kepada Minten, di bawah pohon rindang, di taman Catleya.

Marvel               : “Jangan pernah ngomong putus lagi”

Kemudian di suatu malam, Minten mendapati Marvel bermain bersama temannya yang dikenal suka pergi ke sebuah club malam. Sudah berulang kali Minten memperingati Marvel, tapi sepertinya Marvel selalu acuh dan membuat kesabaran Minten hilang, hingga membuat Minten benar-benar bertekad untuk meninggalkannya. Tanpa kata putus, tanpa pamit. Minten melangkah menatap masa depannya.

Sepucuk surat tiba-tiba datang di rumah Minten yang berisikan Beasiswa Universitas Swasta itu telah diperoleh oleh Minten dengan potongan biaya 50%. Ayah Minten segera meminta Minten untuk menerima dan mendaftarkan diri ke Universitas tersebut.

Semester I berlalu dan Minten di pertemukan dengan seorang laki-laki, teman kerja kakak perempuannya yang mampu meluluhka hati Minten. Dia tidak merokok, rajin sholat dan sangat berbakti kepada ibunya. Dia sangat sayang pada Minten, hingga Minten mulai membuka hatinya untuk laki-laki itu.

Beberapa bulan berlalu, kisah cinta mereka kandas.
Kemudian Minten bertemu dengan seorang laki-laki yang mampu menjatuhkan hatinya. Jatuh sedalam-dalamnya pada seseorang yang saat ini sudah melamar Minten. 

Minten sudah mengikhlaskan Marvel pergi jauh sebelum Marvel menjalin kasih dengan perempuan lain.

Minten mendoakan agar Marvel dan perempuannya itu bisa hidup bahagia dan tenang, tanpa harus merusak kebahagiaan dan ketenangan yang tengah Minten rasakan.

1 komentar: