Kamis, 18 Mei 2023

Suami Pilihan

Hari ini Jumat, 19 Mei 2023

Aku telah menyaksikan beberapa perubahan dari suamiku yg semakin hari semakin membaik perilakunya.
Dia sudah mulai perduli dengan keadaan sekitar, keluargaku, keluarganya bukan hanya tentang kehidupan dan ego nya sendiri.
Alhamdulillah terima kasih ya Allah 
Setiap cobaan yg Engkau beri, perlahan mengajarkan aku dan suamiku menjadi pribadi yg selalu berfikir, berusaha dan berubah ke arah yg lebih baik.

Aku ingat pilu nya dulu, dilarang bertemu mamaku, dengan dalih mau quality time, olah raga, bersih2 rumah dan sebagainya.
Ibuku tidak boleh menginap di rumah, dia merasa tidak nyaman karna ibuku masih terasa muda, jd mungkin risih. Pdhl muda/tua dia ibuku, harusnya dia sayang dan menganggapnya ibunya juga seperti aku menyayangi ibunya.

Tapi kepiluan itu perlahan dia obati, saat ibuku singgah diperistirahatan terakhir, hanya suami aku, Awali Romadhon yg mengumandangkan Adzan di liang ibuku. Semua laki2 disana menepuk pundaknya seakan memberikan semangat dan kepercayaan untuk suamiku.
Tak bisa ku bendung air mataku saat itu, dan saat itu hatiku sudah mulai memaafkannya.
Setiap sholat aku menangis mengenang mama dan waktu2 yg aku sesali karna hanya sedikit untuk bisa bersama mama. Setiap itu juga suamiku datang, mengusap air mataku dan meminta maaf berkali-kali, dia menyesal dengan perbuatannya dulu.

Sekarang, kalau aku mengajaknya ke makam mama atau papa, suamiku selalu mau dan tidak ada pertentangan lagi.

Namun, keadaan berbalik
Sekarang bapak dan mamanya yang sakit, dirawat oleh kakak perempuannya yang belum menikah.
Kakak yang sangat solehah, sayang kepada adik dan kakakknya, juga seperti sudah mendedikasikan hidupnya untuk berbakti kepada orang tua. Tidak lagi mencari dunia, hanya ridho mamanya yg utama bagi kakakknya, ketika ditanya ingin suami seperti apa, jawabannya selalu yg sesuai dengan pilihan mama.

Mamanya sudah tidak lagi rasional, sering marah2, sering mengeluh dan banyak sekali permintaan. 
rabu, 18 Mei 2023 kakaknya sakit, mungkin kecapean.
Mamanya menghubungiku yg sedang dijalan mau pulang. Katanya aku di nanti pulangnya langsung ke rumah mama ya soanya mba Septi sakit.

Aku segera menghubungi suamiku yg ambil WFH untuk mengurus perpindahan alamat di Surat STNK motornya.
Memintanya membawa bajuku dan bajunya karna kami akan menginap di rumah mamanya.

Sesampainya aku di rumah mamanya suamiku, sudah ada 2 tetangga yg membantu kakakku, mereka baru saja pulang dari klinik. Katanya kakakku kena sakit cikungunyah. 
Kemudian mereka pulang, mba Septi sudah makan dan minum obat. Mama mertuaku panik dan badannya terasa dingin. Segera aku buatkan teh hangat supaya mertuaku tidak ikut tumbang.
Mertuaku bilang, "bapak belum turun dari pagi diatas ga minta makan juga, sakit kali ya makannya tape terus sih" begitu katanya 
Aku jawab "nanti sela liatin" namun mertuaku langsung bilang "gausah tunggu si Awal aja"
Baiklah 

Awali datang dan aku ikut melihat bapak, ternyata bapak sakit juga sama seperti mba Septi.
Lantai kamarnya sangat licin dan bau pesing, dia mengaku pada suamiku sudah pipis di celana berkali-kali.
Suamiku segera menyuapinya makan malam dan meminumkan obat Panadol, membalurinya dengan minyak kayu putih.
Setelah itu suamiku merendam pakaian-pakaiannya dengan banyak sabun supaya tidak bau lagi.

Paginya aku merapikan dapur mertuaku, dan suamiku mengambil pakaian bapaknya yg direndam semalam.
Pagi itu langsung menggiling di mesin cuci sekalian dengan cucian mamanya dan kakaknya. 
2 kali mencuci karena pakaiannya sangat banyak tidak cukup kalau hanya 1 kali.
Kemudian aku dan suamiku mencari sarapan untuk kami makan bersama. 

Setelah kita makan, suamiku bergegas ke atas untuk menyuapi bapaknya, memang gerak bapaknya sudah sangat terbatas karena matanya katarak.
Aku sibuk masak air karena air panas di rumah mertuaku masih memakai air keran yang dimasak.
Suamiku juga memasak air panas untuk bapaknya mandi.

Agak lama suamiku diatas, aku mencarinya untuk menanyakan siapa yg mau mandi duluan, tapi aku tersentuh ketika menemukannya diatas sedang membaluri bapaknya dengan minyak kayu putih dan memakaikan baju untuknya. Dalam hatiku "Alhamdulillah dia mengurus bapaknya dengan baik, luluh sekali hatiku."

Kemudian bapak turun dan berjemur di depan, sementara suamiku membersihkan kamar bapaknya, menjemur kasur dan selimutnya, menyapu dan mengepel lantainya.
Kemudian abangnya datang, mas Ian. Ditelfon mba Septi untuk ngerokin bapak. Ternyata anak dan istrinya sedang sakit juga. 
Kemudian aku dan suamiku menjemur semua baju2 yang sudah di cuci tadi.
Setelah itu aku mandi, kemudian suamiku mandi. Lalu kami mencari air kelapa hijau untuk bapaknya, kakaknya, istri abangnya dan untuk aku dan suamiku agar tetap sehat.

Alhamdulillah mba Septi sudah sehat. sorenya aku dan mba septi keluar mencari nasi kucing untuk makan malam. Petang sebelum adzan magrib suamiku mengajak pulang karena besok kami masih harus bekerja dan kami ada janji dengan tukang lemari.

Selesai mengurus lemari pesanan kami yg sudah jadi, aku dan suamiku makan malam di warung pecel lele dekat rumah.
Kami bercanda dan tertawa.

Tidurku malam ini sangat hangat, aku bangga pada suamiku yg sudah berubah, sudah lembut hatinya dan sudah mulai memahami arti keluarga.

Suamiku terlihat sangat lelah hari ini, tapi cerah dan teduh sekali aku memandangnya.

Ya Allah, hamba mau berterima kasih, mungkin memang suami hamba adalah suami pilihanmu, yang dengan Kuasamu memberi hamba suami terbaik seumur hidup hamba. Sempat hamba keliru, seperti salah memilih namun ternyata bukan ya Allah. Saat itu hamba mengharapkan suami sesuai dengan keinginan hamba, padahal yg Engkau beri adalah suami yg sesuai dengan kebutuhan hamba.

Dimana hamba juga sudah mulai berubah, hamba tidak lagi mementingkan kasian pada orang lain yg mungkin hanya memanfaatkan hamba. Hamba mulai bisa menabung sekarang, kata suami hamba kasihan boleh tapi jangan sampai diri kita sendiri yg kesulitan.

Terimakasih ya Allah, Engkau beri hamba teman hidup seperti suami hamba. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar