Sebelum baca cerita
lu yang ini, play lagunya Virgoun dulu yah sel yang judulnya "Surat Cinta
untuk Starla"
Malam yang berat untukku terima bahwa aku tak lagi bisa
mendengar suaramu pah, bahwa aku tak lagi bisa menikmati tawamu dan kalimat
rutinmu "beres bos" :)
Aku ikhlas melepaskanmu pulang pah, aku cukup bahagia bisa
membimbing syahadat di telingamu hingga pintu ajalmu. Meski masih banyak
rencanaku yang belum sama sekali terealisasi.
Aku menyesal pah, memikirkan bagaimana kerjaku bila aku
mengurusmu di rumah sakit nanti, bagaimana biayamu di rumah sakit nanti kalau
dirimu di rawat. Aku menyesal mengutamakan pikiran itu daripada kesehatanmu
Aku menyesal, ampuni aku pah...........
untuk kali ini saja, kembalikan waktu ya Allah. aku masih
ingin bersamanya, masih ingin di marahi olehnya.
Entah bagaimana lagi aku mendeskripsikan hancurnya
perasaanku saat ini.
Kamis, 13 Oktober 2016 - 22.00 WIB
Aku yang tengah berbincang dengan Ayu, sahabat satu
ranjangku.
(Dering Telfon)
Aku :
"Halo ?"
Apak Athien : "Halo ini
sela ye, sela tolong dong bisa ke Rumah Sakit ngga? Papa masuk
rumah sakit nih
sekarang lagi di UGD Carolus !"
Aku :
"iya apak, sela kesana sekarang"
(Aku mencoba menghubungi mama)
Aku :
"Ma, papa masuk rumah sakit carolus, aku kesana ya ?"
Mama : "mau
mama anter ? mama lagi di tanah abang nih.
Aku : "yauda
iya ke kosan ya ma"
Setibanya di UGD, papa yang tengah
berbaring di kasur segera terduduk dan langsung minta maaf sama mama disaat
nafasnya tersendak-sendak karna sesak dan sakit pada perutnya setiap kali dia
ingin pipis. Mama bilang "Iya udah gw maafin udah lu jangan banyak
ngomong." kemudian papah berbaring kembali dan mama menemui apak athien di
luar. Hanya aku dan koh Hengky yang menemani papah. sambil mengusap keringat
papa terus, dia meronta-ronta ingin turun dan pipis di toilet, sementara hal
itu di larang karna badannya dipasangi banyak kabel dan dia sudah dipakaikan
pampers dewasa.
Kemudian koh Hengky keluar dan
suster datang.
Suster :
"Permisi pak, minum obat dulu ya..."
Suster : "Di angkat
lidahnya pak." (Obat bubuk yang di berikan untuk papa diletakkan di bawah
lidah karna papa belum boleh minum, alasannya karna takur tersedak yang malah
akan membahayakan paru-parunya), kemudian suster keluar....
Papah : "De,
aku aus, minta minum dong ."
Aku : "Tapi
ngga boleh minum dulu pah."
Papah :
"diem - diem aje, itu yah tolongin" (sambil menunjuk galon yang
berada di dekat suster"
Aku : (dengan
gugup) "suster boleh minum ngga papa saya?"
Suster :
"jangan dulu pak , nanti keselek soalnya nafasnya lagi sesak gitu
tuh"
Aku :
"tuh ngga boleh pah"
Papah :
"tapi aku aus, kamu tau ngga kalo orang kurang minum itu bisa semaput,
tolongin yeh anak papa mesti pinter dong, masa anak papa beloon si."
kemudian dokter laki-laki lewat dan langsung aku tanyakan lagi.
Aku :
"Dok ini beneran papa saya ngga boleh minum, kasian dia aus banget."
dokter :
"boleh tapi sedikit aja ya, sebentar" (disediakannya air se tutup
botol aqua kemudian aku suapi ke papah)
Aku :
(menatap wajahnya yang begitu senang karna dapat air minum, terpukul sekali
hati aku, tapi alhamdulillah aku bisa membantu menghilangkan dahaganya meski
hanya sedikit)
Papa :
"makasi ye, duh aernye laen nih de, enak. bener deh. Dokter makasi
dokter"
Aku :
"Ahlamdulillah, makasi dok"
Kemudian papa memejamkan matanya dan
suster mebawanya ke ruangan ICU. Katanya itu sudah kesepakatan keluarga.
Aku terus saja di sampingnya,
menemaninya sampai pintu ICU katanya hanya boleh menunggu di luar.
Apak Athien : "sela
banyak - banyak berdoa aje ye, ini apak udah urus semuanye, kata dokter
kondisi
papa udeh separo. mesti di pakein alat bantu pernapasan. cuma ye gitu
kalo di
lepas alatnya bisa-bisa nyawanye udah ngga ada. jd tinggal nunggu aje.
sela
banyakin doa aje."
Aku :
"iya apak" (maksudnya separo ???? aku terus saja memikirkan
ucapannya, apa
iya ini bagian dari rencana keluarganya yang merasa bahwa papah
hanya
merepotkan mereka saja. Astaghfirulloh, ngga boleh syu'udzon sela).
Waktu menunjukkan pukul 01:20 WIB
Mama : "De,
pulang dulu yo besok kan kamu kerja, besok pulang kerja baru kesini lagi
gantian jagain."
Aku :
"Hmm,, Aku rasanya ngga mau pulang ma."
Mama : "eh
kamu besok kerja nanti malah sakit."
Apak Athien : "iye ngga
pape sela kalo mau pulang dulu besok gantian, ini ada Hengky nungguin"
Aku : (yasudah
besok aku pulang kerja aku nginep disini, lagiu pula aku libur sabtu dan
minggu)
Aku segera pulang dengan mama ke
rumahku, bukan ke kost an karena pagi buta dan aku ngga mungkin tega membiarkan
mama pulang sendirian pagi buta begitu.
Jumat, 14 Oktober
2016
Aku bekerja seperti biasa, meski
agak kosong dan agak tidak sadar apa saja yang aku kerjakan di hari ini.
Hanya Pak Haji budi, atasanku di
kantor yang mengetahui keadaanku hari itu. Tak bersemangat aku hari itu . dan
ketika sore aku agak bingung, pulang jam 5 atau abis magrib karna aku tau jalan
akan macet karna demo dan mungkin aku bisa ngga dapet sholat magrib. Baiklah
aku putuskan untuk pulang setelah aku sholat magrib.
Aku : "Pak Okta sela abis
maghrib pulang yah"
Pak Okta : (dia menatapku dalam dan sedikit
menggelengkan kepalanya) "ya."
Aku merasa dia menyimpan kecewa
mungkin karna aku meninggalkannya sendiri dengan peerjaan yang mungkin masih
menumpuk. Kemudian adzan. dan kami sholat. Aku bergegas dan segera pamit ke pak
Okta.
Aku : "Pak sela
pulang"
Pak Okta : "IYA,
Pulang Sana ! Lu juga mil pulang sono semua" (Dengan intonasi yang
aku tau
bahwa dia kecewa dan menahan marahnya)
Aku :
"Sela ngga pulang pak, sela ke rumah sakit" (Entah mengapa bicaraku
saat itu
terasa menyedihkan, nyaris ingin meneteskan air mataku, tapi ku tahan)
Pak Okta : "Siapa
yang Sakit ?" (Intonasinya merendah dan seperti merasa bersalah)
Aku :
"Papa aku"
Pak Okta : "Sakit
apa ?"
Aku :
"Jantung pak"
Pak Okta :
"Serangan Jantung?"
Aku :
"bukan jadi sakitnya udah macem-macem, jantung juga"
Pak Okta : "Ya
yauda kamu yang sabar semoga baik- baik aja, aku ngga bisa ngomong
yang
manis-manis soalnya. di rumah sakitmana ?"
Aku : " di
Carolus Salemba pak"
Pak Okta : "Oh
deket sini"
Aku : "
iya ini pesen grab"
Aku segera pesan grab kemudian
meluncur ke RS, terkena macet di depan kampus YAI kemudian Apak Athien telfon.
Apak Athien : "Sela
dimane? papanya kritis ini !"
Aku :
"ini udah deket apak, tinggal masuk doang ni"
Apak Athien : "yaude
cepet ye..."
Jantungku berdegub cepat saat itu.
setibanya di depan ruang ICU aku hanya menemukan Susuk Aki yang sedang
menungguku. dia menyuruhku berlari karna katanya papaku sekarat.
Aku seperti orang bodoh hari itu,
dokter-dokter memintaku mendekat dan membimbing papaku mengucap dua kalimat
syahadat secara terus menerus.
Aku melakukannya terus sampai bola
mata papaku rasanya membeku dan tak ada respon darinya atas apa yang aku
katakan. Aku sempat meremas tangannya. dan mencoba membangunkannya di sela isak
tangisku yang penuh sesal itu. Tak ada satupun keluarga di samping kami detik
itu. Hanya aku, papah dan dokter-dokter menyebalkan itu.
Aku benci Rumah sakit itu. Aku benci
dengan dokter-dokter disana yang membiarkan papaku tersiksa seperti itu, tapi
mereka sempat-sempatnya bercanda di depan aku yang sudah teramat panik.
Dokter : "De,
di ikhlasin ya papanya udah tenang, udang ngga ngerasain sakit lagi. ini
yang
terbaik"
Pah, masih ada yang belum terwujud
dari rencanaku dan rencanamu. Papah belum melihat anak keduanya Sely yang
selalu saja papa tanyakan padaku setiap harinya. AKu belum sempat mengajak papa
ke tempat faforit kita.
Aku tak akan membiarkan kesempatan
terakhirku ini terlewatkan sia-sia. Aku terus menemanimu, menikmati wajah
letihmu yan kini sudah tenang tanpa rasa sakit lagi yang membebanimu pah,
mengiringimu dengan lantunan Yasin yang masih terbata-bata ini aku membacanya.
kemudian teman-teman berdatangan.
Aku mengerti tersiksanya dirimu
masih terombang - ambing dalam keyakinan yang berbeda ini. Aku ingin sekali menyemayamkanmu
secara Islam supaya aku terus bisa mengunjungimu. Pah maafin
nde................
Maafin nde ...................
Maafin .................
Aku tau baktiku ini tak akan mampu
bisa menyetarakan segenap rasa sayangmu dan pengorbananmu untuk bisa bertemu
denganku, mama dan cici. tapi setidaknya aku habiskan sisa waktu terakhirku
untuk terus bersamamu. untuk pertama dan terakhir kalinya aku memandikanmu pah,
mencium pipimu yang sangat dingin itu . raut wajahmu saat itu mengingatkan kenakalanku waktu dulu yang sering membangunkan tidurmu, mengganggu waktu istirahatmu
setiap dirimu habis pulang narik mikrolet. Wajah letihmu tak pernah berubah pah, selalu indah untuk ku pandang, aku rindu bau mu sehabis pulang
kerja. Pah, nde sayang papah, sayang banget pah. Papah adalah orang paling baik
yang pernah nde temuin, paling ramah, paling kuat dan paling nde banggakan,
kemudian mama.
Tenang ya pah, Allah sayang Papah :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar